Senin, 23 Januari 2012

Ilmuwan Rusia: Ada Tanda Kehidupan di Venus

VIVAnews -- Rusia boleh gagal meluncurkan satelit Phobos-Ground, yang dirancang ke salah satu bulan Planet Mars, Phobos. Namun, para ilmuwannya melakukan lompatan yang sangat jauh: mengklaim memiliki bukti kehidupan di Planet Venus, tetangga Bumi yang jauh lebih dekat dengan Matahari.

Sebuah artikel yang dipublikasikan majalah Riset Tata Surya (Solar System Research) menyebut, ilmuwan menemukan sejumlah obyek yang serupa dengan mahluk hidup di Bumi. Temuan itu diperoleh dari foto yang dalam misi Venus tahun 1982.

Leonid Ksanfomaliti dari Academy of Sciences, Institut Penelitian Angkasa Luar Rusia mempublikasikan hasil penelitian yang diambil satelit tanpa awak Rusia, Venus-13.

Foto-foto menampilkan sejumlah obyek yang menurut Ksanfomaliti, serupa "cakram (disk)", "sirip hitam", dan "kalajengking". "Benda-benda itu muncul, turun naik, dan menghilang," kata ilmuwan, merujuk ke lokasi mereka yang berubah pada foto yang berbeda dan jejak di tanah, seperti dimuat situs Rusia, RIA Novosti.

"Bagaimana jika saat ini kita melupakan teori bahwa, tak mungkin ada kehidupan di Venus. Kami menyarankan, fitur morfologis pada obyek-obyek itu bisa membuat kita berpendapat sebaliknya, ada mahluk hidup di sana," kata Ksanfomaliti.

Untuk diketahui, hingga saat ini belum ada satupun data, bahwa ada kehidupan di Venus, di mana temperatur permukaan mencapai 464 derajat Celcius.

Penelitian lain telah menyarankan bahwa air cair mungkin pernah menutupi Venus, tapi konsensus ilmiah menunjukkan bahwa tidak ada lautan di sana selama minimal 2 miliar tahun.

Sementara, seperti dimuat The Daily Caller, ukuran Venus hampir sama dengan Bumi, namun ia memiliki atmosfer tebal yang didominasi karbon dioksida. Dengan tekanan atmosfer 92 kali dari Bumi.

Venus tak punya air, dengan permukaan mirip kontur banyak gunung berapi. Planet ini tak pernah masuk daftar para ilmuwan untuk menemukan kehidupan lain di luar Bumi.

Untuk planet tetangga Bumi, bukan ekstrasolar, peneliti lebih tertarik untuk menyelidiki kemungkinan adanya kehidupan di Planet Mars atau Titan, satelit Planet Saturnus. Atau setidaknya mengincar mereka sebagai 'koloni' manusia, jika suatu ketika, Bumi tak lagi bisa menopang kehidupan.

Geng Motor Ini Ubah Air Laut Jadi Air Minum

VIVAnews - Termotivasi memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan potensi alam mendorong komunitas geng motor di Nusa Tenggara Timur untuk membuat teknologi tepat guna yang mengonversi air laut menjadi garam dan air bersih. Sehingga air bersih tersebut aman untuk diminum.

Mereka kemudian, membuat Teknologi Desalinator iMuT (Aliansi Masyarakat Peduli Ternak). "Kami ingin mengedukasi masyarakat untuk gunakan teknologi tepat guna. Dengan memanfaatkan potensi yang ada," ujar Noldy Perly Franklin, di sela-sela Pameran Mandiri Young Technopreneur Award 2011 di Jakarta, Jumat, 20 Januari 2012.

Kebetulan, di daerahnya, salah satu wilayah di NTT, 80 persen wilayahnya laut. Saat musim kemarau yang panjangnya 8 sampai 9 bulan, susah untuk mendapatkan air bersih.

Teknologi yang diadaptasi ini terdiri dari dua komponen. Pertama, kotak panggung dengan panjang kaki 1 meter, yang dibuat dari plastik hitam. Kedua, atap piramida bambu dan plastik transparan yang menutup kotak kamar yang setiap sudut bertemu dengan selang yang nantinya akan mengaliri air.

Secara desain, alat ini berbentuk rumah panggung yang beratap piramida dengan empat lubang di empat sudut. Ukuran alat ini tinggi 1,25 meter, sedangkan lebar atap 60 cm.

Antara atap dengan kotak, terdapat penghubung spon untuk memvakumkan udara dari luar sehingga memaksimalkan penguapan. Secara teknis, teknologi tepat guna ini menjalankan penguapan yang dipicu oleh sinar matahari.

Noldy menjelaskan, kotak yang mempunyai kapasitas 72 liter, cukup diisi air laut 36 sampai 40 liter untuk memaksimalkan penguapan. "Kuncinya sinar matahari, agar menghasilkan suhu kamar kotak maksimal," ujarnya.

Saat uap masuk, tambahnya, akan memunculkan titik air yang kemudian mengalir ke titik sudut, "Air yang keluar dari uap ini jadi air tawar, kualitasnya bisa aman diminum," katanya.

Dari hasil uji coba, per 3 jam dapat menghasilkan 12,5 liter. Suhu luar mencapai 30 sampai 40 derajat sedangkan suhu kamar kotak lebih dari 100 derajat. Air dalam kotak kemudian dapat menjadi garam dalam 2 sampai 3 hari.

"Tapi bisa dalam satu hari bisa jadi garam," sambung anggota tim lain, Noverius H Nggilli.

Ke depan, pihaknya akan mengembangkan dengan menambah elemen pengantar kalor, agar penguapan lebih cepat. "Untuk atap akan kita buat dari alumunium, yang paling aman," tambahnya. Pihaknya juga sedang menyiapkan teknologi untuk air bersih saat musim hujan.

Menurutnya cara ini lebih aman daripada menebang pohon bakau untuk membuka lahan tambak garam. "Ini kan tidak perlu tebang, juga ramah," kata Noverius. Ini juga menjadi solusi untuk petani garam yang di NTT cenderung terisolir.

Air tawar hasil penguapan juga diklaim aman untuk mandi, tidak lengket. Sayangnya air bersih belum diuji secara kimia meski aman diminum.

"Belum sampai ke Dinas Kesehatan. Paling diuji secara kimia untuk tahu mineral apa saja yang berkurang, secara kualitas, BPOM sudah uji," ujar Noldy.
Komunitas geng motornya ternyata sebelumnya juga membuat bio gas dari bahan kotoran ternak. "Prinsip kami, membagi ilmu sebelum ajal," tutupnya.

Tak Puas Google, Remaja Inggris Bikin Summly

VIVAnews - Setelah merasa Google tidak lagi efisien dalam mencari sebuah konten, seorang remaja Inggris, Nick D’ Aloisio. mendesain aplikasi yang meringkas dan mempercepat pencarian dalam web. Aplikasi ini kemudian dinamakannya Summly

“Saya pikir yang saya butuhkan adalah cara yang sederhana dan ringkas dalam pencarian web," ujar remaja yang baru berusia 16 tahun ini, seperti dikutip dari ZDNet.

"Betul, Google memiliki preview instan tapi hanya sebuah gambar halaman saja. Sedangkan yang saya cari sebuah konten preview,” lanjutnya.

Melihat kreasi Nick, seorang milyader Cina, Li Ka Shing, akhirnya menginvestasi sebesar US$ 250 ribu untuk proyek Summly ini. Sebelumnya, Li Ka Shing memang dikenal sebagai investor di berbagai situs populer, seperti Facebook, Spotify dan Skype.

Saat ini aplikasi Summly sudah dalam bentuk 11 bahasa dan menawarkan 30 ribu download sejak dirilis pada pertengahan Desember lalu. Sebagai aplikasi untuk siswa maupun mahasiswa, aplikasi ini dapat menjadi cara cepat untuk menemukan dan memproses informasi tentang pembelajaran secara cepat dan lebih efektif.

Lihat cara kerja Summly di video dalam tautan ini.

Meskipun Google memberikan akses dalam jumlah besar secara instan, tapi Google mengalami kesulitan untuk menemukan bahan yang cocok.

Nah dengan menggunakan Summly, aplikasi ini menawarkan sebuah cara baru untuk secara cepat men-scan teks ringkasan dan dapat menentukan apakah konten yang dibutuhkan.

Bagi anda yang membutuhkan revisi menjelang tenggat waktu atau menyelesaikan esai untuk besok pagi, aplikasi yang saat ini masih ada di iPhone ini layak dimiliki dalam dashboard smartphone anda. Ia mengaku akan melanjutkan untuk rilis Summly versi Android.

Tapi ada cerita menarik lain, yakni sebelum menemukan Summly, D’ Aloisio membuat Facemood, sebuah layanan yang menggunakan algoritma untuk menentukan mood pada pengguna facebook dan SongStumblr, sebuah layanan pencarian musik geososial.

Hiu Putih Raksasa Bisa Dilacak via iPhone

VIVAnews - Lewat sebuah aplikasi iPhone yang diluncurkan pekan ini, pengguna kini bisa mengawasi pergerakan ikan-ikan hiu putih raksasa yang menjelajahi Samudera Pasifik. Aplikasi itu sendiri dibuat oleh Marine Conservation Science Institute, California, Amerika Serikat.

Lembaga konservasi non profit itu menyatakan, aplikasi yang dibuat merupakan shark tracker pertama di dunia dan bertujuan untuk menggalang dana bagi mereka dalam melakukan penelitian. Ikan-ikan hiu yang bisa dipantau oleh pengguna lewat layar smartphone-nya sebelumnya sudah diberi sensor oleh lembaga tersebut.

Lewat iTunes, aplikasi ini dipasarkan di harga US$3,99. "Ini merupakan cara inovatif bagi kami untuk mengumpulkan uang di masa ekonomi sulit seperti ini," kata Michael Domeier peneliti dari Marine Conservation Science Institute, dikutip dari Reuters, 13 Januari 2012.

Menurut Domeier, pembuatan aplikasi itu sendiri telah memakan biaya hampir sebesar US$100.000, termasuk untuk pembuatan konten video dan game bagi anak-anak yang ingin mengenal lebih dekat ikan hiu putih rakasasa tersebut.

Sejauh ini, kata Domeier, pihaknya telah memberi sensor pada 20 ekor hiu. Namun sayangnya, baterai pada sejumlah sensor itu telah soak. "Dengan aplikasi iPhone ini, pengguna bisa mengikuti proses migrasi dan pergerakan lusinan ekor ikan hiu yang juga tengah kami pantau," ucapnya.

Sebagai informasi, ikan hiu putih raksasa merupakan spesies hiu yang ditangkap dan dibunuh untuk diambil siripnya, dan dijadikan sup yang jadi menu favorit di Asia.

PBB mengestimasi, sekitar 70 juta ekor ikan hiu dibunuh untuk dimakan. Untuk itu, tahun lalu, pemerintah negara bagian California telah melarang perdagangan sup sirip ikan hiu sebagai upaya untuk melindungi hewan itu dari kepunahan.

Harimau Sumatera Langka Mati Mengenaskan

VIVAnews - Seekor Harimau Sumatera yang sudah langka tewas mengenaskan. Sejumlah luka menganga di tubuh harimau jantan ini.

Petugas Konservasi Bengkulu menemukannya terjerat dalam jebakan para pemburu pada Senin, pekan lalu. Saat ditemukan, kondisinya sangat kritis, tubuhnya berdarah-darah karena luka terkena hajaran sembilan tombak.

Harimau yang berusia lima tahun itu kemudian diterbangkan dari Bengkulu menuju Jakarta untuk mendapatkan perawatan. Namun nahas, nyawa binatang langka itu tak berhasil diselamatkan.

"Harimau itu mati karena luka-luka yang dideritanya pada Sabtu kemarin. Para dokter hewan menemukan luka tombak yang menusuknya dari belakang hingga menembus dada, akibatnya fatal," ujar Kepala Badan Konservasi Provinsi Bengkulu, Amon Zamora seperti dilansir physorg.

"Harimau itu juga ditembak dengan senapan angin. Peluru ditemukan di bagian matanya." Dia menambahkan, pihak berwajib sedang mengusut orang-orang yang diduga berada di balik kematian harimau ini.

Harimau ini ditemukan di Bengkulu, terjerat dalam perangkap kawat yang diikat pada cabang pohon. Perangkap tersebut diduga dipasang oleh pemburu. Umumnya, para pemburu menangkap harimau-harimau langka ini untuk dijual bagian-bagian tubuhnya di pasar gelap.

Sebelumnya, bada konservasi juga menemukan banyak perangkap serupa. Mereka juga membantu polisi mencari kelompok pemburu yang dicurigai.

Saat ini, Harimau Sumatera yang tersisa diperkirakan kurang dari 400 ekor. Aktivis lingkungan mengatakan hewan ini semakin langka karena habitat mereka dirusak.

Senin, 27 Juni 2011

Makhluk Laut Raksasa Terdampar di China












Seekor makhluk laut raksasa tersapu ombak ke pantai Guangdong, China. Sayangnya, bangkai makhluk tersebut sudah rusak parah hingga tidak bisa diidentifikasi langsung. Adapun ‘monster laut’ itu sendiri berukuran panjang 16,7 meter dan berat sekitar 4,5 ton.

Setelah melihat gambar-gambar bangkai makhluk tersebut, tiga orang pakar biologi kelautan yakni Scott Baker dari Oregon State University, Bill Perrin dan Bob Brownell dari National Fisheries Service, berpendapat bahwa bangkai tersebut merupakan bangkai paus.

“Berdasarkan dari gurat-gurat di tenggorokannya, kami sepakat bahwa itu adalah bangkai balaenopterid,” kata Baker, seperti dikutip dari Life’s Little Mysteries, 23 Juni 2011. “Menilai dari ukurannya yang mencapai panjang 16,7 meter, kemungkinan itu adalah paus sirip,” ucapnya.

Peneliti berharap, ada yang mengumpulkan sampel tulang dan jaringan otot atau daging makhluk laut tersebut untuk dianalisa secara genetik. Alasannya, penyelamatan bangkai paus sangat jarang dilakukan di sepanjang pesisir pantai China.

Saat ditemukan, hewan tersebut terjerat tali. Penduduk lokal memperkirakan, nelayan sempat mencoba menangkap hewan itu namun tidak dapat menguasainya karena ukurannya yang terlalu besar.

Menurut laporan The Sun, warga berbondong-bondong ke laut melihat bangkai makhluk laut raksasa tersebut meskipun bau busuk sangat menyengat.

1.000 Spesies Baru Ditemukan di New Guinea




















Sejenis kanguru pohon baru, hiu sungai sepanjang 2,5 meter, kodok dengan taring seperti vampir dan seekor kadal berwarna turquoise merupakan beberapa dari ratusan spesies hewan baru yang ditemukan oleh para konservasionis yang bekerja di New Guinea.

Selama penelitian 10 tahun terakhir, secara total, ada sekitar 1.060 spesies seperti 218 tumbuhan, 43 reptil, 12 mamalia, 580 invertebrata, 134 amfibi, 2 burung dan 71 jenis ikan baru berhasil ditemukan.

Pada laporan bertajuk The Final Frontier yang disusun oleh World Wildlife Fund (WWF) sebagai bagian dari ulang tahun mereka yang ke 50 itu juga menandai meningkatnya tren punahnya hewan dan tumbuhan di seluruh dunia dan membuat seperempat mamalia dunia masuk ke daftar terancam.

Spesies-spesies di atas ditemukan rata-rata dalam kecepatan 2 hewan per minggu dalam rentang 1998 sampai 2008 oleh beberapa kelompok tim peneliti yang mengunjungi berbagai lingkungan pulau itu mulai dari hutan yang lebat, perairan, hingga kawasan pesisir.

Satu tim peneliti pernah menemukan spesies burung baru yang diberi nama wattled smoky honeyeater hanya dalam hitungan detik setelah mereka meninggalkan helikopter yang mengantarkan mereka ke sana. Adapun temuan yang paling mengejutkan mungkin adalah spesies hiu baru.

Melihat dari ukurannya, ikan hiu air tawar ini dinilai sangat berhasil menyembunyikan diri. Ikan yang diberi nama Glyphis garricki, mengikuti nama Jack Garrick, zoologist yang pertamakali menemukannya itu langsung masuk daftar hewan terancam punah karena jumlahnya yang sangat jarang.

“Setelah lebih dari 3 dekade, peneliti juga kembali menemukan satu jenis spesies lumba-lumba baru,” kata Mark Wright, Conservation Science Adviser WWF, seperti dikutip dari Guardian, 27 Juni 2011. “Laporan ini mengingatkan kita bahwa Bumi penuh dengan makhluk fantastis,” ucapnya.

Wright menyebutkan, banyaknya keanekaragaman ini sangat mempesona. Akan tetapi, kegembiraan para peneliti kini berada dalam ancaman. “Meski ada upaya maksimal yang dilakukan oleh organisasi seperti WWF, sangat jelas bahwa kita tidak bisa menyelamatkan seluruh spesies yang kami inginkan,” ucapnya.

“Hutan akan terus ditebangi, sungai-sungai dibendung, pesisir pantai terus dibangun dan sejumlah spesies akan terhapus,” kata Wright. “Kepunahan tidak mungkin dihindari sebagai konsekuensi dari teori ‘seleksi alam’ milik Darwin. Namun manusia akan menambahkan beban yang menjurus ke ‘seleksi tidak alami’ yang terjadi,” ucapnya.

Alam akan berusaha untuk mengatasi, kata Wright. Namun kita sebagai manusia lah yang memiliki kemampuan dan kekuatan untuk membangun masa depan di mana lingkungan sangatlah dianggap penting. “Kita harus memilih untuk melakukan itu,” ucapnya.

New Guinea sendiri merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland dan menjadi bagian dari Indonesia dan Papua New Guinea. Pulau ini merupakan tempat bernaungnya hutan hujan terbesar ketiga di dunia dan sekitar 8 persen spesies hewan yang ada di seluruh dunia.

Rendahnya jumlah populasi manusia di pulau itu telah melindungi sejumlah spesies hewan yang ada di sana. Sayangnya di tahun 2020 mendatang, separuh hutan yang ada di sana akan musnah karena penebangan liar.